08.25

what d'ya think?

..keadaan ideal.. hanya muncul dalam mimpi atau dalam pengharapan yang terlalu besar, padahal ia adalah sesuatu yang ternyata tidak bisa exist selamanya. Bisa saja ia muncul, tapi hanya sebentar, tidak mungkin berlama-lama. Karena manusia memang tidak pernah bisa bersyukur dengan apa yg sudah dipunya, kita bisanya mengeluh dan meminta lebih. Ini salah satu buktinya, saya yang selama ini merasa punya kemampuan untuk bersyukur dan berkecukupan, ternyata masih saja tidak puas dengan realita.

Saat saya merasa cukup lalu berniat untuk fokus pada salah satu diantara pria2disekitar saya, saya berharap pria yg saya seriusi ini berfikir dan bertindak sama seperti saya. Merasa cukup dengan satu pasangan saja. Tapi lihat, disaat saya merasa cukup pun saya menginginkan lebih. Mengapa tidak bisa saya bersyukur saja, karena akhirnya menemukan pria hebat yang bisa dilimpahi sms gombal, bisa ditelpon berjam-jam, dimarahi saat sedang PMS dan butuh pelampiasan, digunakan saat hasrat tak bisa ditahan. Mengapa harus berharap dia akan berfikir dan melakukan hal sama pada saya?

Lalu saat pria itu berperilaku tidak seperti yang saya harap, saya kecewa. Lalu menyalahkan dirinya, lalu mengasihani diri saya sendiri. Tetap saya susah untuk berfikir bahwa mungkin sayalah yang salah, saya yang membuat harapan terlalu tinggi, saya yang menghiasi harapan terlalu indah, saya yang merasa kurang disaat merasa cukup, saya yang berfikir setia itu ada.

Gitu deh. Bagi saya, kesetiaan itu memang tidak pernah ada. Kata sahabat saya, itu cuma bentuk keadaan ideal dari sebuah hubungan. Kata saya, realitanya kesetiaan itu tidak exist. Sama sekali tidak. Hilang sudah bagian-yang-memunculkan-pikiran-positif dari otak, terhapus pula beberapa harapan dari sana. Sudah.
Ada yang bisa bantu saya berfikir dengan benar, tidak?

07.28

tidak kuberi judul

blank.







tiba-tiba hampa.

01.52

so tired of you (i’m sorry..)

Saya kaget. Benar-benar kaget. Shock. Juga kecewa. Bagaimana seorang sahabat bisa berkata sedemikian jahatnya pada saya, didepan orang2 yang tidak benar2 mengenal saya seperti dia mengenal saya? Apa arti saya bagi dia? Tidakkah dia mengartikan saya sama seperti saya memaknainya?

best friend.

Dari dulu saya tak pernah paham dengan jalan pikirannya. Meskipun sudah bermiliar2 kali saya coba untuk memaklumi pikirannya yang ntah muncul dari otak atau dari mana, tetap saya tak bisa pahami yang terakhir ini. Bagaimana dia bisa sombong dengan kebodohannya? Mengapa dia harus bangga dengan keterbatasan berpikirnya?

Saya cape memakluminya, saya cape complain, saya cape bicara. Karena saya tau respon apa yang bakal saya terima kalau saya (sekali lagi) protes atas pikiran, perilaku, dan kata2nya. Saya hapal benar apa yang bakal keluar dari mulutnya jika saya bilang saya tersinggung dengan ucapannya. Dan saya tau, dia tidak akan mengerti maksud tulisan ini.

..karena itu saya diam saja.. saya cape berteman denganmu.